Adat dan Korporasi

Konflik Agraria Tanah Ulayat di Sumatera Barat

  • Khairana Zata Nugroho Diponegoro University
  • Fauzan Syahru Ramadhan Diponegoro University
  • Bryna Rizkinta Sembiring Meliala Diponegoro University
Keywords: Konflik Agraria, Tanah Ulayat, Adat, Korporasi

Abstract

This article focuses on agrarian conflicts over customary land in West Sumatera between communities and the government representing corporate companies and the steps taken to resolve these conflicts. Conflicts began to arise when the economic value of palm oil increased in the international market. This made many corporations try to expand their business by looking for suitable lands to plant oil palm, including Indonesia. This article aims to find out the problems of agrarian land conflicts and what steps are taken to resolve these conflicts. The method used in preparing this article is the historical method. The historical method is carried out with four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. From this research, it is known that through various agreements signed between Minangkabau customary leaders and the government representing corporate companies, some customary land in West Sumatera was then used as land for planting oil palm until when the lease expired, there were differences of opinion between the Minangkabau people and the government regarding the existence of the customary land used. Various forms of settlement have been taken in order to resolve agrarian land conflicts, but all these efforts have not resulted in satisfactory decisions so that agrarian land conflicts still continue today.

References

Baittri, J. H. (2022, August 1). Konflik Lahan di Sumbar: Terdampak Ganda, Suara Perempuan Masih Terabaikan. Retrieved March 2, 2025, from Mongabay website: https://www.mongabay.co.id/2022/08/01/konflik-lahan-di-sumbar-terdampak-ganda-suara-perempuan-masih-terabaikan/
Citrawan, F. A. (2020). Konsep Kepemilikan Tanah Ulayat Masyarakat Adat Minangkabau. Jurnal Hukum & Pembangunan, 50(3), 586–602. https://doi.org/10.21143/jhp.vol50.no3.2583
Evers, H.-D. (1975). Changing Patterns of Minangkabau Urban Landownership. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde, 131(1), 86–110.
Fatimah, T., & Andora, H. (2014). Pola Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat di Sumatera Barat (Sengketa antara Masyarakat dengan Investor). Jurnal Ilmu Hukum Riau, 4(1), 36–75.
Kosasih, A. (2013). Upaya Penerapan Nilai-nilai Adat dan Syarak dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Nagari. Humanus, (2), 107–119. https://doi.org/10.24036/jh.v12i2.4030
Labola, Y. A. (2018). Konflik Sosial: Dipahami, Identifikasi Sumbernya dan Dikelola Kajian Literature. Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana, 3(1), 1–8.
Madjid, M. D., & Wahyudi, J. (2014). Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar. Jakarta: Prenadamedia Group.
Maiyestati, & Zarfinal. (2023). Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Exsistensi dan Pengaturanya di Sumatera Barat. Jurisprudentia, 6(2), 12–26.
Padiatra, A. M. (2020). Ilmu Sejarah: Metode dan Praktik. Gresik: JSI Press.
Panut, N. (2019). Studi Sejarah Sosial Ekonomi Masyarakat Bone Bolango (Skripsi). Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Peraturan Daerah Provinsi Sumatra Barat No. 16 Tahun 2008 Tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya.
Peraturan Presiden No. 86 Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria.
Rahman, F. (2017). Menimbang Sejarah sebagai Landasan Kajian Ilmiah; sebuah Wacana Pemikiran dalam Metode Ilmiah. El-Banat, 7(1), 128–150. https://doi.org/10.54180/elbanat.2017.7.1.128-150
Sabri Bin Haron, M., & Hanifuddin, I. (2012). Harta dalam Konsepsi Adat Minangkabau. Juris, 11, 1–13. https://doi.org/10.1234/juris.v11i1.947
Saleh, R. D. D., Puri, W. H., Khuriyati, S. F., & Antoro, K. S. (2012). Kebijakan Penyelesaian Konflik Agraria Kontemporer. In A. N. Luthfi (Ed.), Kebijakan, Konflik, dan Perjuangan Agraria Indonesia Awal Abad 21 (Hasil Penelitian Sistematis STPN, 2012). Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
Pulungan, M. S. (2023). Menelaah Masa Lalu, Menata Masa Depan: Sejarah Hukum Tanah Ulayat dan Model Penanganan Konflik Sosialnya. Undang, 6(1), 235–267. https://doi.org/10.22437/ujh.6.1.235-267
Subadi, T. (2008). Sosiologi. Surakarta: BP-FKIP UMS.
Suryomihardjo. (1975). Pemahaman Bangsa dan Masalah Historiografi. Jakarta: Idayu.
Syahyuti. (2004). Kendala Pelaksanaan Landreform di Indonesia: Analisa terhadap Kondisi dan Perkembangan Berbagai Faktor Prasyarat Pelaksanaan Reforma Agraria. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 22(2), 89–101.
Tobing, F. (2022). Sengketa Tanah Antara Masyarakat Adat Batak dengan PT. Toba Pulp Lestari dan Pelanggaran Perbuatan-Perbuatan yang Menciderai Aturan Kehutanan di Wilayah Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Hukum Sui Generis, 2(2), 77–81. https://doi.org/https://doi.org/10.23887/jih.v2i2.1014
Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Warman, K., & Syofiarti. (2012). Pola Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat di Sumatera Barat (Sengketa Antara Masyarakat vs Pemerintah). Masalah-Masalah Hukum, 41, 407–415. https://doi.org/10.14710/mmh.41.3.2012.407-415
Wasino, & Hartatik, E. S. (2018). Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.
Zuber, A. (2013). Konflik Agraria di Indonesia. Sosiologi Reflektif, 8(1), 147–158.
Published
2025-04-27
How to Cite
Nugroho, K. Z., Ramadhan, F. S., & Meliala, B. R. S. (2025). Adat dan Korporasi: Konflik Agraria Tanah Ulayat di Sumatera Barat. Santhet (Jurnal Sejarah Pendidikan Dan Humaniora), 9(2), 527-535. https://doi.org/10.36526/santhet.v9i2.5094