The Bandoengmooi Community’s Contribution to the Preservation of Longser Art 2010-2023
Kontribusi Komunitas Bandoengmooi dalam Melestarikan Seni Longser Tahun 2010-2023
DOI:
https://doi.org/10.36526/santhet.v9i3.5479Keywords:
Bandoengooi Community, Cultural Preservation, Longser ArtAbstract
Longser art, a form of traditional Sundanese performance, faces significant threats from modernization and popular culture. Since 2010, the Bandoengmooi Community has taken a proactive role in preserving this cultural heritage through performances, training programs, and cross-sector collaborations. This study explores Bandoengmooi’s contributions to longser preservation using historical methods, including heuristics, criticism or verification, interpretation, and historiography. The findings reveal that Bandoengmooi not only sustains the physical performance of longser but also revitalizes its form and meaning to remain relevant in contemporary social contexts. Their training initiatives effectively engage the younger generation, equipping them with a comprehensive understanding of longser. Simultaneously, their performances function as a platform for social critique and environmental awareness. The institutional transformation into a formal foundation in 2021 further legitimized their cultural initiatives. Bandoengmooi demonstrates that cultural preservation need not be conservative but can embrace innovative and adaptive approaches to meet modern challenges. This study underscores the crucial role of community-based initiatives in saveguarding local culture heritage, especially amid awakening state support and increasing cultural globalization
References
Bandoengmooi. (2023a). Bandoengmooi Bersama ISBI Bandung Melakukan Pewarisan Seni Longser di Tengah Masifnya Budaya Digital. Retrieved January 21, 2025, from Bandoengmooi.com website: https://bandoengmooi.com/bandoengmooi-bersama-isbi-bandung-melakukan-pewarisan-seni-longser-ditengah-masifnya-budaya-digital/
Bandoengmooi. (2023b). Portofolio Yayasan Kebudayaan Bandoengmooi. Cimahi.
Durachman, Y. C. (1993). Teater Rakyat, Longser Dewasa ini: Sebuah Tinjauan Deskriptif. Bandung: Akademi Seni Tari Indonesia dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Farida, W., & Mulyana, E. (2019). Penyajian Tari Cikeruhan Sebagai Sumber Garap Penyajian Tari. Makalangan, 6(1), 59–60. https://doi.org/10.26742/mklng.v6i1.1001
Firmansyah, A. (2020). Transformasi Pagelaran Longsér (Tina Lisan kana Aksara). Cianjur: CV. Mulya Bookstore.
Ganda, Y. (1983). “Longser” Seni Tradisional Jawa Barat yang Nyaris Punah. Berita Yudha, p. VII.
Ganjar, K., & Nalan, A. S. (2003). Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung: Etno Teater Bandung.
Gardner, H. (2011). Frames of Mind. New York: Basic Books.
Hamid, A. R., & Madjid, M. S. (2018). Pengantar Ilmu Sejarah (V). Yogyakarta: Ombak.
Hariyono, A. H. (2016). Ateng Japar: Sang Legenda Seni Pertunjukan Longser dan Peranannya di Kabupaten Bandung, Tahun 1975 – 2002. Mimbar Pendidikan, 1(1), 91. https://doi.org/10.17509/mimbardik.v1i1.1756
Haryono, S., Handayani, L., Linuwih, S., Yulianto, A., Erna, N. S., Resha Vivadi, M., … Basukesti, W. (2023). Pendidikan Konservasi Seni Tradisional Banyumas melalui Pementasan Lintas Generasi. In Book Chapter Konservasi Pendidikan Jilid 4 (p. 62). Semarang. https://doi.org/10.1529/kp.v1i4.124
Hayati, I. (2023). Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus. Retrieved January 21, 2025, from Tempo.Com website: https://www.tempo.co/teroka/sehari-4-kali-teater-bandoengmooi-gelar-pertunjukan-longser-kerajaan-tikus-132347
Hellman, J. (2000). The Double Edge of Cultural Politics: Revitalizing Longser Theater in West Java, Indonesia. Crossroads: An Interdisciplinary Journal of Southeast Asian Studies, 14(2), 87. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/40860737.
Heryana, A., Nugraha, I. K., Sujana, U., & Nuraini. (2009). Mengungkap Nilai Tradisi pada Seni Pertunjukan Rakyat Jawa Barat. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.
Hidayat, V., Irliawan, R., Rozan, M. A., & Saefulrahman, I. (2025). Peran Otonomi Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Lokal di Kabupaten Sumedang. Kolaboratif Sains, 8(1), 428. https://doi.org/10.56338/jks.v8i1.6749
Hidayatullah, R. (2024). Seni Tradisi Indonesia dan Tantangan Masyarakat Global. Grenek: Music Journal, 13(1), 107. https://doi.org/10.24114/grenek.v13i1.57012
Indrawardana, I. (2012). Kearifan Lokal Adat Masyarakat Sunda dalam Hubungan dengan Lingkungan Alam. Komunitas, 4(1), 6. https://doi.org/10.15294/komunitas.v4i1.2390
Kemendikbud. (2017). Berita Acara Akreditasi Penerima Bantuan Pemerintah Fasilitasi Kegiatan Kesenian Tahun 2017. Jakarta.
Notaris Cahya Suryana. (2021). Salinan Akta Pendirian Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi. Bandung.
Nugroho, L. F., & Sariyatun, D. (2016). Peranan Sanggar Seni Santi Budaya Dalam Pelestarian Budaya Tradisional Dan Sebagai Wahana Pendidikan Seni Budaya Kelas 8 SMPN 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Candi: Jurnal Pendidikan Dan Penelitian Sejarah, 14(2), 162.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. (2014). Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2003 Tentang Pemeliharaan Kesenian. Bandung, Indonesia.
Pramesti, W. (2023). Media Streaming Digital, Alternatife Ruang Tayang Film. Ikonik: Jurnal Seni Dan Desain, 5(1), 52. https://doi.org/10.51804/ijsd.v5i1.2060
Rifani, B. Y., Restiati, N., & Wea, I. (2025). Wisata Wellness Berbasis Budaya: Kampung Baluwarti. Kepariwisataan Dan Hospitalitas, 8(December 2024), 235.
Sudarsono. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta.
Sulasman. (2014). Metodologi Penelitian Sejarah (I). Bandung: Pustaka Setia.
Wicaksono, C. N., & Adiprabowo, V. D. (2023). Menghidupkan Kembali Ketoprak Jogja: Strategi Pelestarian Seni Teater Tradisional di Era Digital. Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 10(10), 4125. https://doi.org/10.31604/jips.v11i10.2024
Wawancara dengan Hafidz Permana (28 Tahun). salah satu pengurus dan anggota aktif Komunitas Bandoengmooi. (26 April 2025). Bandung.
Wawancara dengan Hermana (56 Tahun). salah satu pendiri Komunitas Bandongmooi. (27 Februari 2025). Cimahi.
Wawancara dengan Rahmat N. (49 Tahun). salah satu keluarga Ateng Japar dan anggota longser Pancawarna. (28 April 2025). Bandung.