The Role of the Dutch East Indies Government in Building Pontianak City Center

  • Andang Firmansyah Universitas Tanjungpura
  • Edwin Mirzachaerulsyah Universitas Tanjungpura
Keywords: Pontianak, Netherlands, Buildings

Abstract

This research aims to discuss the role of the Dutch East Indies Government in developing the Tanah Seribu area which is now known as Pontianak Kota District. Pontianak Kota District is currently the center of Pontianak City because of the infrastructure that the Dutch built. Dutch heritage buildings contain history that people have begun to forget due to the times. This research method uses a historical method which consists of five stages, namely topic selection, source collection, verification, interpretation and writing. The results of this research reveal the history of buildings left by the Indies government as evidence that the Dutch played a role in forming the center of Pontianak City. Several Dutch heritage buildings were very useful for the Pontianak City Government in the early days of Indonesian independence. Indonesia's unstable conditions do not allow the government to build facilities, so the City Government utilizes Dutch heritage buildings. Some of the buildings are still in use today, and have even become Pontianak City Cultural Heritage because they contain historical significance. This determination shows that the Dutch East Indies Government also left good things for Indonesia.

References

Ahmad, I., Novianto, K., Basundoro, P., Effendy, B., Irawan, T. T., Ansari, T. S., Nurbawono, A., & Ahsanto, N. (2011). Melayani Rakyat Menjaga Negara Sejarah Sosial, Politik dan Ekonomi PT Pos Indonesia (Persero) (I. Ahmad, Ed.). Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha (LSPEU) Indonesia, dan PT Pos Indonesia (Persero).
Aji, Y. W. (2017). Perkembangan Pt. Pos Indonesia Tahun 1961-1995. Risalah, 4(1). https://journal.student.uny.ac.id/index.php/risalah/article/view/9466
Ajisman. (1998). Perkembangan Agama Islam di Kotamadya Pontianak (Pada Akhir Abad 20) (J. Musa, Ed.). Kalimantan Barat : BALAI KAJIAN SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL PTK., 1997/1998.
Andhini, E. S. (2013). Peran Holland Inlandsche School (HIS) Dalam Pendidikan Kota Pontianak Tahun 1922-1941. Skripsi Sarjana, STKIP-PGRI, Pontianak.
Asma dZ, A. (2013). Pontianak Heritage dan Beberapa yang Berciri Khas. Pontianak: Literer Khatulistiwa.
Atmodjo, J. S., Ashari, C., Bismantara, K., Safei, Pasariu, Y. A., Hadi, A., Prasetyo, D., & Nugroho, Y. A. (2023). Modul Ajar Pendataan Cagar Budaya. Direktorat Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek.
Firmansyah, A., Andi, U. F., Mirzachaerulsyah, E. (2022). Sejarah Berdirinya Kota Pontianak Masa kesultanan, Kolonial Hingga Kemeridekaan. Pontianak: Untan Press.
Firmansyah, H. (2021). Colonial Town Pontianak: Proses Terbentuk dan Perkembangannya pada Masa Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) Tahun 1779-1791. Artefak, 8, 111–118.
Firmansyah, H. (2021). Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di Area Duizen Vierkanten Paal Kota Pontianak sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah. 1, 15–28. https://doi.org/10.29408/fhs.v5i1.3554
Firmansyah, H. (2021). Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya di Area Duizen Vierkanten Paal Kota Pontianak sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah. Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan, 5(1), 15-28. https://doi.org/10.29408/fhs.v5i1.3554
Hagijanto, A. D. (2022). Museum Reenactor Arek Ngalam: Simulakra Sejarah Perjuangan Menuju Nasionalisme. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, 22(2), 115-128. https://doi.org/10.9744/nirmana.22.2.115-128
Handinoto & Soehargo, P. H. (1996). Perkembangan kota & arsitektur kolonial Belanda di Malang. Yogyakarta: Andi.
Hartati, S. (2006). Peta Sejarah dan Budaya Kalimantan. Pontianak: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Hasanuddin. (2014). Pontianak Masa Kolonial. Yogyakarta: Ombak.
Krisdiana, R., Usman, S., Andi, U. F., Akbar, A., & Wibawa, M. A. (2019). Menegakkan Kedaulatan dan Ketahanan Ekonomi: Bank Indonesia Dalam Pusaran Sejarah Kalimantan Barat (Nawiyanto, Ed.). Bank Indonesia Institute.
Kuntowijoyo. (2013). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Listiana, D. (2009). IBUKOTA PONTIANAK 1779 - 1942 (Lahir dan Berkembangnya Sebuah Kota Kolonial). Pontianak: BPSNT.
Prabowo, M. R. (2019). Peristiwa Mandor 28 Juni 1944 Di Kalimantan Barat: Suatu Pembunuhan Massal Di Masa Penduduk Jepang. BIHARI: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN ILMU SEJARAH, 2(1). https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/bihari/article/view/868
Purwana, B., Hasanuddin, Sulistyorini, P., & Asnaini. (2004). Sejarah Pemerintahan Kota Pontianak Dari Masa Ke Masa. Pontianak: Pemerintah Kota Pontianak.
Putra, A. S. (2023). Lembaran Berdarah Sejarah Indonesia. PT. Neosphere Digdaya Mulia.
Rahmah, K. N., Firmansyah, A., & Firmansyah, H. (2022). Pemanfaatan Cagar Budaya ‘ SDN 14 Pontianak’ Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah pada Kelas XI SMA Islam Bawari. Jurnal Kewarganegaraan, 6(2), 4019-4030. https://doi.org/10.31316/jk.v6i2.3616
Tim Disbudpar Pontianak. (2016). Buku Pendataan Cagar Budaya Kota Pontianak. Pontianak: Disbudpar Kota Pontianak.
Tutuko, P. (2003). Ciri khas arsitektur rumah Belanda (studi kasus rumah tinggal di Pasuruan). Mintakat: Jurnal Arsitektur, 4(1).https://doi.org/10.26905/mintakat.v4i1.1954
Veth, P. J. (2012). Borneo Bagian Barat: Geografis, Statistis, Historis Jilid 1, Terjemahan Borneo’s wester- Afdeeling, Geographisch, Statistisch, Historisch voorafgegaan door eene algemeene schets des ganschen eilands a.b P.O.C.Yeri. (Vol. 1). Institut Dayakologi.
Wirjono, L. V. (2017). Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli. Prosiding Seminar Haritage Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia, 295-302. Program Studi Arsitektur, Institut Teknologi Bandung.
Zed, M. (2017). Warisan penjajahan Belanda di Indonesia pasca-kolonial (perspektif perubahan dan kesinambungan). Diakronika, 17(1), 88-103. https://doi.org/10.24036/diakronika/vol17-iss1/18
Published
2023-11-21
How to Cite
FirmansyahA., & MirzachaerulsyahE. (2023). The Role of the Dutch East Indies Government in Building Pontianak City Center. Santhet (Jurnal Sejarah Pendidikan Dan Humaniora), 7(2), 832-845. https://doi.org/10.36526/santhet.v7i2.3260