Penerapan Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Dengan Sistem Super Intensif (Studi Kasus: PT XYZ, Karangasem, Bali)

  • Annisa Khairani Aras Politeknik KP Jembrana
  • Wifky Ezra Mohammad Faruq Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana
Keywords: Kinerja pertumbuhan, super intensif, udang vaname, produktivitas

Abstract

Penerapan budidaya udang vaname dengan sistem super intensif diharapkan mampu menghasilkan produktivtas tinggi dan prospek usaha yang menguntungkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan budidaya udang vaname dengan sistem super intensif, kinerja pertumbuhan dan produktivitas di PT XYZ, Karangasem, Bali.  Penelitian ini dilakukan di PT XYZ yang berlokasi di Desa Sukadana, Kec. Kubu, Kab. Karangasem, Provinsi Bali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analisa deskriptif kuantitatif dengan menggumpulkan seluruh data di kegiatan pembesaran udang vaname. Adapun penerapan budidaya udang vaname, kinerja pertumbuhan dan produktivitas berupa data primer dan sekunder dengan studi kasus di PT XYZ, Karangasem, Bali. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan budidaya udang vaname dengan sistem super intensif terdiri atas persiapan tambak; tata letak dan pemasangan oksigenasi; persiapan media air budidaya; penebaran benur; pemeliharaan udang; pengelolaan pakan; pengelolaan kualitas air; monitoring pertumbuhan; pengendalian hama dan penyakit; pemanenan dan biosekuriti. Kinerja pertumbuhan udang vaname melalui pengamatan ADG dan ABW terlihat target proyeksi pertumbuan belum sesuai dengan target perusahaan. Produktivitas hasil kerja menunjukkan bahwa kinerja produksi belum maksimal dan target masih belum tercapai meliputi SR 40%, jumlah hasil panen 1.478 kg, FCR 2,58 dan produktivitas 13,3 ton/Ha/siklus.

References

Udang vaname merupakan komoditas budidaya yang memiliki prospek dan profit yang sangat menjanjikan Ravuru & Mude, (2014)
Berdasarkan data dalam lima tahun terakhir, Indonesia mampu meningkatkan hasil ekspor udang vaname yaitu dari 919.988,05 ton di tahun 2017 menjadi lebih dari 953.176,85 ton pada tahun 2021 (KKP, 2022).
udang vaname yang memiliki karakteristik spesifik, seperti responsif terhadap pakan, memiliki nafsu makan yang tinggi, adaptif terhadap kualitas lingkungan yang buruk, tingkat kelangsungan hidup tinggi, waktu pemelihraan yang relatif singkat sekitar 90 – 100 hari per siklus, serta dapat menggunakan pada tebar yang tinggi sehingga sesuai untuk dibudidayakan di tambak (Purnamasari et al., 2017).
konsep low volume high density yang dimiliki teknologi budidaya dengan padat penebaran udang yang tinggi dengan luas lahan yang sempit (1.000 m²), beban limbah minimal, memiliki tandon air yang mencukupi dan pengelolahan buangan air limbah (Rahim et al., 2021).
Penerapan teknologi budidaya udang vaname dengan sistem super intensif harus menerapkan lima faktor subsistem penting dalam budidaya yaitu penggunaan benih yang baik dan berkualitas, pengelolaan kesehatan dan lingkungan, penerapan teknologi budidaya yang sesuai, penggunaan sarana dan prasarana yang standart serta penerapan manajemen usaha yang modern (Rahim et al., 2021).
Menurut BPBAP Situbondo, (2020), penerapan SOP budidaya juga menjadi sangat penting untuk menunjang faktor keberhasilan dalam budidaya.
Syah et al., (2017) mengatakan bahwa budidaya udang vaname super intensif dicirikan dengan konsep padat penebaran yang tinggi, penerapan teknologi yang baik pada sistem aerasi dan penggunaan automatic feeder serta adanya IPAL.
PERMEN-KP/No. 75 tahun 2016 bahwa dalam proses kegiatan pembesaran udang vaname dengan menggunakan metode super intensif harus memiliki input produksi yang menunjang dalam proses kegiatan budidaya meliputi benih unggul yang bebas penyakit (specific pathogen free); pakan dengan kualitas standar; air media pemeliharaan dengan kualitas dan kuantitas yang memadai; bahan sterilisasi dan pengendali kualitas air yang efektif; penggunaan feed additive yang efektif; penggunaan peralatan oksigenasi dan automatic feeder; ketersediaan tenaga kerja yang mendukung kegiatan produksi.
Lusiana et al., (2021) bahwa penggunaan kincir mampu menggumpulkan kotoran maupun sisa pakan di bagian tengah, sehingga dapat dibuang atau dikeluarkan melalui central drain dan mempermudah dalam proses penyiponan.
Penggunaan satu kincir (1 HP) dapat menopang 500 kg biomassa udang (Syah et al., 2017).
penebaran benur di PT XYZ dilakukan pada pagi hari dan sore untuk menghindari stress benur akibat perbedaan suhu air yang terlalu tinggi di dalam petakan (Suriawan et al., 2019)
Tahapan penebaran udang yang dilakukan di PT XYZ sudah sesuai dengan prosedur (WWF-Indonesia, 2014).
PERMEN KP RI No. 75 Tahun 2016 bahwa kegiatan budidaya udang vaname dengan menggunakan sistem super intensif memiliki padat penebaran berkisar antara 217-385 ekor/m².
Aryawati & Diansyah, (2014) bahwa pergantian air bertujuan untuk memperbaiki kualitas air dan mendukung usaha budidaya vaname di tambak.
Purnamasari et al., (2017) mengungkapkan bahwa pengapuran dapat meningkatkan alkalinitas total dan menjadi buffer atau penstabil pH perairan dan mengurangi fluktuasi pada pH harian.
(Arias-Moscoso et al., 2018), dengan penggunaan probiotik Epicin bertujuan untuk stabilisator dan stimulant pertumbuhan udang, serta mendetoksifikasi air di sistem budidaya intensif.
Anton et al., (2022), monitoring atau pemantauan pertumbuhan adalah memonitoring dan mengobservasi pertumbuhan udang vaname selama masa pemeliharaan serta memonitoring manajemen pemberian pakan yang baik.
Published
2024-02-15
How to Cite
ArasAnnisa Khairani, and FaruqWifky Ezra Mohammad. 2024. “Penerapan Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Dengan Sistem Super Intensif (Studi Kasus: PT XYZ, Karangasem, Bali)”. JURNAL LEMURU 6 (1), 60-75. https://doi.org/10.36526/jl.v6i1.3241.