EKSTRAKSI SENYAWA TANIN DARI MANGROVE (Brugueria gymnorrhiza) MENGGUNAKAN PELARUT AQUADES DAN ETANOL SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN PENGUAT SERAT KAIN
Abstract
Tanin merupakan senyawa kompleks biasanya campuran polifenol tidak mengkristal (tannin extracts). Penelitian ini pengambilan ektrak tanin dengan metode ektraksi soklet selama 3 jam dengan pelarut aquades dan pencampuran aquades- etanol dengan pernabdingan 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4 dengan suhu pelarut aquades 70oC dan pencampuran aquades-etanol 80oC. Pewarnaan ditambahkan NaCl dan proses mordanting dengan menggunakan Al2(SO4)3. Ikatan yang terbentuk hanya merupakan ikatan hidrogen, tetapi zat fiksator (Al2(SO4)3, CaO, dan CaCO3 dapat mengunci dan melapisi tanin agar tidak mudah keluar dari dalam serat. Hal ini dapat dilihat dari nilai uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada yang memperoleh nilai rata-rata antara 4-5 CD dan nilai rata-rata RGB bahwa nilai paling baik adalah hasil ekstrak dengan pelarut aquades-etanol perbandingan 1:3 dengan nilai rata-rata fiksasi CaO 0 CD dan CaCO3 6,6 CD. Hasil identifikasi terhadap isolat menggunakan spektrofotometer FTIR didapat spektrum yang spesifik untuk senyawa tanin yaitu pada bilangan gelombang 3424,96 cm-1; 2923,56 cm-1; 1635,34 cm-1; 1130,08 cm-1, 759,816 cm-1. Kekuatan serat yang baik adalah kain yang mendapatkan treatment CaO dan CaCO3 dengan nilai 3 Kg dibanding dengan sampel kain yang mendapatkan treatment Al2(SO4)3 dengan nilai 2,5 Kg.
References
Bandaranayake, W.M. 2002. Bioactivities, bioactive compounds and chemical
constituents of mangrove plants. Wetlands Ecol. Manage 10: 421-452.
Banerjee, D., Chakrabarti. S., Hazra.A.K., Banerjee.S., Ray.J., dan Mukherjee, B. 2008. Antioxidant activity and total phenolics of some mangroves in Sundarbans. African Journal of Biotechnology 7: 805-810.
Cecep Kusmana.2003. Jenis-jenis pohon mangrove di teluk bintuni, papua. Fakultas kehutanan institut pertanian bogor dan pt bintuni utama murni wood industries.36-37.
Close, D.C. dan McArthur,C. 2002. Rethinking the role of many plant phenolics – protection from photodamage not herbivores. 99: 166-172.Day, R.A. & Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6.
Erlangga. Jakarta.
Fessenden, R.J, Fessenden, J.S. (1986), Organic Chemistry, 3th edition, Brooks/Cole Publishing Company, California
H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni-Soetjipto (1999), Sumber Daya Nabati Asia Tenggara, No 3 “Tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin”, Balai Pustaka,Jakarta
Hagerman, A.E., C.T. Robbins, Y. Weerasuriya, T.C.Wilson, and C. McArthur. 1992. Tannin chemistry inrelation to digestion. Journal of Range Management 45(1): 57–62.
Harborne, J. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. Translated by K. Padmawinata dan I. Soediro. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Terbitan ke-II. a.b. Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.
Horvath, P. J. (1981). The Nutrional and Eculogical Significance of Acer Tanins and Related Polyphenols. Thesis. New York: Cornell University.
Laksono , S. 2012. Pengolahan Biologis Limbah Batik Dengan Media Biofilter.
[Skripsi Ilmiah]. Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Malthaputri,E.R. 2007. Kajian aktivitas antimikroba ekstrak kulit kayu mesoyi Cryptocaria massoia terhadap bakteri pathogen dan pembusuk pangan. Skripsi. Bogor. Fakutas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Prabowo, A.Y, T. Estiasih, I. Purwatiningrum. 2014. bahan pangan mengandung senyawa bioaktif: kajian pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2 (3):129-135.
Rambe, M.A., 2009, Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa oleifera) sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan
Risnasari, I. 2002. Tanin. [Karya Tulis]. Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Susanto, Sewan. SK. 2002. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta : Balai
Penelitian Batik.