PENGARUH JENIS PELARUT DALAM EKSTRAKSI DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP DAYA MORTALITAS LARVA (Aedes aegypti)

  • Tiara Larasati Prodi Kimia, Fakultas MIPA, Univesitas PGRI BAnyuwangi
  • Ratna Mustika Yassi Univesitas PGRI BAnyuwangi
  • Eko Malis Prodi Kimia, Fakultas MIPA, Univesitas PGRI BAnyuwangi
Keywords: Daun kelor (Moringa oleifera), Pelarut, UV-VIS, Aedes aegypti

Abstract

Aedes aegypti termasuk vektor dari penyakit serius seperti malaria, , demam dengue, demam berdarah dengue, filariasis, dan arbovirus yang menyebabkan masalah cukup besar. Tindakan pencegahan dari timbulnya penyakit ini salah satunya dengan memberantas sarang nyamuk dan membunuh nyamuk dewasa dengan larvasida sintetis. Ddun kelor merupakan salah satu tanaman yang memiliki fungsi larvasida. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa alami daun kelor(Moringa oleifera) pada mortalitas larva Aedes aegypti dan mengetahui pelarut yang optimum terhadap ekstraksi daun kelor (Moringa oleifera ) pada mortalitas larva Aedes aegypti.

Ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan mengambil kandungan senyawa fenolik yang terdapat pada daun kelor (Moringa oleifera), dengan menggunakan pelarut etanol, metanol, etil asetat, n-heksan, dan aquadest. Selanjutnya dilakukan uji fitokimia dan uji kuantitatif menggunakan Spektroskopi UV-Vis pada kandungan esktrak daun kelor.

Ekstrak yang paling banyak terfiltrat/ ekstraksi sebanyak 190 ml perolehan ekstraksi etanol dan metanol, sedangkan pada etil asetat dan n-heksan 165 ml lalu pada aquades 145 ml.Pada uji kualitatif fitokimia alur pengujian dilakukan mulai dari uji flavonoid dengan penambahan NaOH 10% dan membentuk jingga. pada uji alkaloid menggunakan preaksi Mayer terjadi endapan putih-bening dan pada Dragondorf hingga timbul warna jingga terang. Uji tanin menggunakan FeCl3 1% dengan hasil positif terdeteksi warna biru gelap-hitam, semua ekstrak menunjukkan hasil yang positif dalam uji ini.Data UV-VIS memberikan signal pada flavonoid terbanyak diperoleh oleh etil asetat 5,6% dan pada metanol 3,4%. Kadar tanin pada aquadest sebagai blanko sebesar 1,34%, dan terbesar pada bagian etanol mencapai 1,06%. Pemakaian ekstraksi dalam pengamatan mortalitas hidup larva memberikan hasil positif terbanyak pada ekstrak etanol, metanol, dan aquadest dengan data kematian sebesar masing- masing 6-8 ekor sedangkan pada etil asetat dan n- heksan masing-masing 1 ekor setiap counter larva. Pengamatan cukup baik dilakukan dengan efek kematian larva terhadap ekstrak

References

Achmad, H. (1993). Materi Pokok Kimia Dasar I. Universitas Terbuka.

Achmadi. (2011). Atlas Entomologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Ahadi, M. R. 2003. Kandungan Tanin Terkondensasidan Laju Dekomposisi pada Serasah Daun Rhizosporamucronatapada Ekosistem TambakTumpangsari, Purwakarta. Skripsi.Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Amirth, Pal, Singh, 2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.

Anshory, I. d. (2003). Acuan Pelajaran Kimia. Jakarta: Erlangga.

Aradilla, A. S. (2009). Skripsi, Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Etanol daun Mimba(Azhadirachta indicia) terhadap larva Aedes aegypti. Ilmiah kedokteran , Universitas Diponegoro, Fakultas Kedokteran, Semarang, hal 11-12.

Ariningsih, K. 2004. Penambahan Sumber Tanin yang Berbeda dalam Perebusan Telur Asin terhadap Kualitas Mikrobiologi Selam Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Astuti, D. (2008). Upaya Pemantauan Nyamuk Aedes aegypti ,Warta, Vol.2(11), hal 90-98.

Bahang, Z. (2011). Siklus Hidup Aedes aegypti Vektor. Jakarta.

Behera, & et.al. (2012). UV-Visible Spectrophotometric Method Development and Validation Of Assay Of Paracetamol Tablet Formulation. Journal Analytical and Bioanalytical ,Vol 3 (6), hal 1-6.

Burger,I., Burger,B,V. Albrecht,C.F. Spicies,H.S.C. and Sandor.P.,1998. Triterpenoid saponin From Bacium gradivlona Var. Obovatum Phytochemistry.Vol 49. hal 2087-2089.

Chumark, P. K. (2008). The in vitro and ex vivo antioxidant properties,hypolipidaemic and antiatheroschlerotic activities of water extract of Moringa oleifera Lam. Leaves. J. Ethnopharmacol, Vol. 90 (116), hal 439- 446.

D., C. In C. D, Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Daniel. (2008). “Ketika Larva dan Nyamuk Dewasa Sudah Kebal Terhadap Insektisida” . Jurnal FARMACIA , Vol 7 (7), hal 114-117.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Modul: Pelatihan Bagi pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD Dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP)/Communication For Behavioral Impact (COMBI), Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, DepkesRI, Jakarta.

Depkes, 2. R. (2005). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di indonesia, Jakarta: Depkes RI 2005.

Deaville, E. R.,Givens,D. I.andHarvey, I. M. 2010. Chesnut andMimosa tannin silages: Effect in sheep differ for apparent digestibilty, nitrogen utilitationand losses. Anim. Feed Sci. Technol. Vol 157: 129-138.

Duke, J. (2001). Moringa Oleifera Lam. Duke, J.A. (Ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,Vol.2(1), hal 214-217.

Djojosumarto, P., 2008, Pestisida dan Aplikasinya, Agromedia Pustaka, Jakarta. hal 207-208.

Fahey, J. (2005). Moringa Oleifera: A Review of the Medical Evidence for Its Nutritional, Therapeutic, and Prophylactic Properties Part 1. Trees for Life , Vol 1(2), hal 5-30.

Gandahusada, Srisasi, Henry D. Illahude, dan Wita Pribadi, 2000, Parasitologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. hal 248- 249.

Harbone, J. (1987). Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: ITB, hal 123-129.

Hendratno, S. (2009). Panduan Kuliah Mahasiswa Entomologi: Diktat Kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. pers.

Hesse, M. 1981. Alkaloid Chemistry. Toronto: John Wiley and Sons, Inc.

Hasibuan, R., 2012, Insektisida Pertanian, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. hal 62.

Iskandar. (1985). Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu.Jakarta: Pusdiknes Depkes RI.
Irawati, S., 2010, Memanfaatkan Kekayaan Flora di Daerah Tropis sebagai Alternatif Solusi untuk Menurunkan Angka Kasus DBD di IndonesiaJurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi,Vol. 1, hal. 39-49.

Jayanegara, A. & E. Palupi. 2010. Condensed tannin effect on nitrogent digestion in ruminantia meta-analysis from invitro and invivo studies, Med. Pet. edisi 2010: hal 176-181.

Kasolo J.N, B. G. (2010). Phytochemicals and Uses of Moringa Oleifera Leaves in Ugandan rural Communities. Madicinal Plant Reseacrch ,Vol 4 (9), hal 753-757.

Kim Nio, Ocy.1989. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada tumbuhan nabati. Cermin Dunia Kedokteran, Vol 58, hal 315-330.

Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Kristanti, Alfinda Novi. (2008). Buku Ajar Fitokimia.Surabaya: Universitas Airlangga, hal 35-40.

Kristiani, V., & Halim, F. I. (2014). Pengaruh Konsentrasi Etanol Dan Waktu Maserasi, . Universitas Katolik Widya Mandala:SurabayaRepository, Vol.4 (2), hal 14-18.

Kumala, N. (2016). Potensi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera)sebagai Hepatoprotektor pada Tikus Putih (Rattus Novergicus) yang Diinduksin Paracetamol Dosis Toksis. Ilmiah Kedokteran ,Vol 5 (1), hal 58-59.

Kondo, M., N. Naoki, K. Kazumi &H. O. Yokota. 2004a . Enhanced lactic acid fermentation of silage by the addition of green tea waste. J. Sci. Food Agric. Vol 84: hal 728 –734.

Naria, E., 2005, Insektisida Nabati untuk Rumah Tangga, Universitas Sumatera Utara, Medan. hal 29.
Noshirma, M., & willa, R. w. (2016). Larvasida Hayati yang digunakan dalam upaya pemberantasan, Universitas Kristen Maranantha: Bandung, hal 33-36.

Matsjeh, S. 2002. Kimia Hasil Alam Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan Falvonoid, Terpenoid dan Alkaloid. Jogjakarta: Jurusan Kimia FMIPA UGM. hal 431-463.

Maldonado, R. A. P. 1994. The Chemical Nature and Biologycal Activity of Tannins in Forages Legumes Fed to Sheep and Goat. Thesis. Departement of Agriculture Australia. University of Quensland Australia, Australia.

Morrisey JP dan Ousbon AE, 1999. Fungal Resistence to Plant Antibiotic as a Mechanism of Phatogenesis. Mikrobiologi and molecular biologi. Vol 63, hal 708-729.

Poorwosudarmo. (1993). Demam Berdarah Dengue pada Anak. JAKARTA: UI press.

Rajanandh, M.G. (2012). Moringa Oleifera A Herbal Medicine:A Pre Clinical Report . Asian Pasific Journal of Tropical Disease, 2(SUPPUL2), hal 709- 795.

Robinson, T. (1991). The Organic Constituens of higher Plants. University of Massachusetts Edisi VI: Bandung, ITB, hal 191-216.

Roloff, A. H. Weisgerber, U. Lang , B. Stimm (2009). Moringa oleifera Lamk. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA (1785). Vol 12(3), hal 1-8.

Sastrohamidjojo, H. (1991). Kromatografi. Kromatografi edisi II : Liberty, Yogyakarta, hal 26-36.

Sastrohamidjojo, H. (1992). Pektroskopi Inframerah Edisi I Cetakan I: Liberty, Yogyakarta, hal 13.
Susanti, C. M. E. 2000. Autokondensat tanin sebagi perekat kayu lamina. Jurusan IPK. Program pasca sarjana IPB. Bogor. Desertasi Soedarto, 2011, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Sagung Seto, Jakarta, hal 318-319.
Sreelatha, S. P. (2009). Antioxidant Activity and Total Phenolic Content of Moringa Oleifera Leaves in two Stage of Maturnity: Plant foods , Vol 64(3), hal 303-311.

Sudarto. (1972). Atlas Entomologi
Published
2021-08-15
How to Cite
LarasatiT., Mustika YassiR., & MalisE. (2021). PENGARUH JENIS PELARUT DALAM EKSTRAKSI DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP DAYA MORTALITAS LARVA (Aedes aegypti). Jurnal Crystal : Publikasi Penelitian Kimia Dan Terapannya, 3(1), 12-25. https://doi.org/10.36526/jc.v3i1.1433