Ketahanan Ikan Kerapu Hibrida Cantang (Epinephelus fuscoguttatus><Epinephelus lanceotatus) Terhadap Infeksi Virus dan Bakteri
Abstract
Ikan kerapu hibrida cantang memiliki ketahanan yang baik terhadap patogen. Penelitian ini menguji ketahanan ikan kerapu cantang terhadap infeksi GSDIV (grouper sleepy disease iridovirus), SBIV (sea bass iridovirus), VNN (viral nervous necrosis) dan bakteri Vibrio sp. Sejumlah 150 ekor ikan kerapu hibrida cantang (rata-rata panjang total 11,01±1,6 cm dan berat 14,67±1,09 g) dibagi dalam 5 perlakuan dengan 3 ulangan bak. Setiap ikan diinjeksi secara intramuskular dengan 200 µl: PBS (A), inokulum GSDIV (B), inokulum SBIV (C), inokulum VNN (D) dan 1010 cfu/ml suspensi Vibrio sp. (E). Parameter meliputi gejala klinis, mortalitas ikan, hematokrit pada saat dimulai gejala dan penyembuhan, serta histologi organ. Pengamatan dimulai setelah infeksi buatan hingga kematian terhenti sampai 14 hari. Gejala klinis dimulai 5 hari pasca infeksi (HPI) yaitu perubahan warna menjadi hitam atau pucat, berkurangnya nafsu makan dan berenang lemah. Gejala ini ditunjukkan oleh ikan yang diijeksi patogen (B, C, D dan E). Sementara kematian dimulai saat 6 HPI pada ikan yang diinjeksi dengan patogen yang berupa virus (B, C, dan D). Kadar hematokrit ikan normal (A) meningkat hingga 7,5% pada akhir pengamatan. Hal ini terjadi juga pada ikan yang diinfeksi dengan GSDIV (B;19,5%) dan VNN (D;4%). Sementara penurunan kadar hematokrit terjadi pada ikan yang diinjeksi dengan SBIV (C;4,16%) dan Vibrio sp. (E;9,34%). Gambaran histologi menunjukkan bahwa ikan yang diinjeksi patogen mengalami kerusakan jaringan terutama pada limpa dan ginjal depan (B, C, D, E). Ikan kerapu hibrida cantang tahan terhadap infeksi bakteri Vibrio sp., meskipun menunjukkan gejala klinis yang sama dengan infeksi virus, namun infeksi virus dapat menyebabkan kematian setelah memperlihatkan gejala klinis.
References
Desrina, Taslihan A, Ambariyanto, Suryaningrum S. 2006. Uji Keganasan Bakteri Vibrio pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Ilmu Kelautan.; 11 (3): 119 – 125.
Ebi I, Lal TM, Ransangan J, Yong ASK, Shapawi R. 2018. Susceptibility of Hybrid Grouper (Epinephelus fuscogutattus ♀ × Epinephelus lanceolatus ♂) to Vibrio Harveyi VHJR7. AACL Bioflux.; 11(1): 37-42.
Johnny F, Roza D. 2009. Kasus Infeksi Virus Irido pada Benih Ikan Kerapu Pasir, Epinephelus Corallicola di Hatchery. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.).; XI (1): 8-12.
Koesharyani I, Roza D, Mahardika K, Johnny F, Zafran, Yuasa K. 2001. Iridovirus. In: Sugama, K, Ikenoue H, Kawahara K (Eds.) Manual for Fish Disease Diagnosis-II. Marine Fish and Crustacean Diseases in Indonesia. Gondol Marine Research for Mariculture, Central Research Institute for Sea Exploration and Fisheries, Department of Marine Affair and Fisheries, and Japan International Cooperation Agency..
Kurita, J, Nakajima, K., Hirono, I., Aoki,T. 1998. Polymerase Chain Reaction (PCR) Amplification of DNA of Red Sea Bream Iridovirus (RSIV). Fish Pathology.; 33; 17-23.
Mahardika K, Zafran, Yamamoto A, Miyazaki T. 2004. Susceptibility of Juvenile Humpback Grouper (Cromileptes altivelis) to Grouper Sleepy Disease Iridovirus (GSDIV). Diseases Aquatic Organism.; 59: 1-9
Mahardika K, Mastuti I. 2010. Infeksi Iridovirus (Sea Bass Iridovirus, Genus :Megalocityvirus) Pada Ikan Kakap Putih Lates calcarifer dan Patogenesitasnya Terhadap Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia.; 167-173.
Mahardika K, Mastuti I. 2016. Sequence Analysis of Megalocytivirus Genomic DNA Isolated from Various Grouper and Sea Bass on Pst1 Fragment Area. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.; 725-732.
Mahardika K, Mastuti I, Ismi S. 2016. Pengaruh Suhu dan Waktu Inkubasi Inokulum VNN Terhadap Patogenisitasnya pada Ikan Kerapu Hibrida Cantik. Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Brawijaya.; A4: 14-20.
Mahardika K, Mastuti I, Roza D, Syahidah D, Astuti WW, Ismi S, Zafran. 2019. Pemantauan Insidensi Penyakit pada Ikan Kerapu dan Kakap di Hatchery dan Keramba Jaring Apung di Bali Utara. Jurnal Riset Akuakultur; (inpres).
Murwantoko, Kartikasari DW, Handayani CR, Whittington RJ. 2018. Genotype Determination of Megalocytivirus from Indonesian Marine Fishes. Biodiversitas.; 19(5): 1730-1736
Nishizawa,T., Mori,K., Nakai,T., Furusawa,I., Muroga, K. 1994. Polymerase Chain Reaction (PCR) Amplification of RNA of Stipped Jack Nervous Necrosis Virus (SJNNV). Disease of Aquatic Organism.; 18: 103-107.
Nitimulyo KH, Isnansetyo A, Triyanto, Istiqomah I, Murdjani M. Isolasi, 2005. Identifikasi dan Karakterisasi Vibrio spp. Patogen Penyebab Vibriosis pada Kerapu di Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.).; VII(2):80-94.
Sembiring SBM, Wibawa GS, Mahardika K, Zeny W, Haryanti. 2018 Prevalensi Infeksi Penyakit Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Iridovirus pada Budidaya Ikan Laut. Media Akuakultur. 13(2): 1-9.
Senggagau B. 2011. Uji Resistensi Terhadap Virus VNN pada Beberapa Spesies Ikan Ekonomis. Jurnal Perikanan dan Kelautan.; 1(1): 43-48.
Sutarmat T, Yudha HT. 2013. Analisis Keragaan Pertumbuhan Benih Kerapu Hibrida Hasil Hibridisasi Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan Kerapu Kertang (Epinephelus lanceolatus) dan Kerapu Batik (Epinephelus microdon). J. Ris. Akuakultur; 8(3): 363-372.
Uribe,C., Folch, H., Enriques, R., Moran G. 2011. Innate and Adaptive Immunity in Teleost Fish : A review.. Veterinary Medicina; 56(10); 486-503.