https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/issue/feedJURNAL BIOSENSE2025-05-01T11:11:34+00:00Hasyim As'ari, M.Pd.ejournal@unibabwi.ac.idOpen Journal Systems<p><a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/5985024">https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/5985024</a><a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/6028107">https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/6028107</a>Jurnal Biosense (jurnal penelitian biologi dan terapannya), terbit berkala 4 kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Januari, April, Juli, Oktober, setiap edisi-nya maksimal dapat memuat sebanyak 20 naskah artikel. saat ini telah terakreditasi sinta 5 <a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/detail?id=8364"><img src="/public/site/images/nurchayati/sinta_s52.jpg"></a></p>https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/4876ASESMEN PENGGAMBARAN CIRI FENOTIPE DAN LUBANG SARANG Tetragonula laeviceps OLEH KECERDASAN ARTIFISIAL STABLE DIFFUSION2025-05-01T11:11:34+00:00Priyambodopriyambodo@fmipa.unila.ac.idNindy Permatasarinindypermatasari@polinela.ac.id<p><em>Tetragonula laeviceps merupakan salah satu jenis lebah tanpa sengat yang sering dibudidayakan di Indonesia. Organisme T. laeviceps dapat menghasilkan madu, propolis, beebread, dan produk lainnya, di samping dapat berperan sebagai polinator bagi berbagai tumbuhan, termasuk bagi tanaman perkebunan. Pengenalan akan ciri fenotipe T. laeviceps sangat dibutuhkan masyarakat guna mengoptimalkan peran T. laeviceps di masyarakat. Penggunaan kecerdasan artifisial yang semakin meningkat menjadi tantangan tersendiri. Stable diffusion, merupakan salah satu kecerdasan artifisial yang dapat memberikan gambaran dari perintah teks yang diberikan kepadanya. Penelitian ini menguji stable diffusion dalam memberikan visualisasi atas karakter fenotipe dan lubang sarang T. laeviceps. Asesmen atas hasil visualisasi stable diffusion menunjukkan bahwa ada ketidaktepatan hasil visualisasi stable diffusion apabila dibandingkan dengan referensi ilmiah. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan performa pengembang stable diffusion, dan kebijaksanaan dalam penggunaan hasil visualisasi stable diffusion, khususnya untuk kepentingan karakterisasi ilmiah.</em></p>2025-04-27T05:16:25+00:00Copyright (c) 2025 JURNAL BIOSENSEhttps://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/5092EKSISTENSI MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN KAWASAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TELUK SIRIH 2025-05-01T11:11:32+00:00Gusna Merinamerinagusna@gmail.comRezi Junialdimerinagusna@gmail.comMistia Sarimerinagusna@gmail.comAhmad Mursyidmerinagusna@gmail.comAlponsinmerinagusna@gmail.comReffi Aryzegovinamerinagusna@gmail.com<p>Operasional dari PLTU ini akan memberikan dampak terhadap kualitas air disekitarnya. Salah satunya gangguan biota air. Dengan adanya pembongkaran batu bara di laut sebagai bahan bakar dan juga adanya pembuangan air bahang ke laut, kegiatan ini tentunya berdampak terhadap makrozoobentos. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kualitas air berdasarkan eksistensi komunitas makrozoobentos dan menganalisa factor fisika kimia air. Penelitian ini menggunakan metode survey dan pengkoleksian langsung. Lokasi pengambilan sampel terdiri dari 2 titik sampel yaitu di inlet dan outlet PLTU Teluk Sirih dengan 3 kali ulangan pada masing-masing stasiun. Hasil penelitian ditemukan makrozoobentos sebanyak 16 jenis terdiri dari jenis Bivalvia, 7 jenis Gastropoda, 2 jenis Malacostraca, dan 6 jenis masuk dari kelas Polychaeta. Kepadatan populasi bentos pada outlet adalah 429 ind/m<sup>2</sup> sedangkan kepadatan pada inlet adalah 528 ind/m<sup>2</sup>. Indeks keanekaragaman pada titik outlet yaitu 2,815 dan inlet adalah 2,727. Berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos, maka kondisi perairan Teluk Sirih dalam kondisi baik dan stabil. Berdasrkan indeks kemerataan menunjukan makrozoobentos tersebar merata dengan nilai mendekati 1, dan indeks dominansi mendekati nol, artinya tidak ada makrozoobentos yang mendominasi. Kualitas air seperti kecerahan dan Total suspense Solid (TSS) menunjukan kualitas air bersih dan jernih, suhu didapatkan 24,6 dan 24,7<sup>o</sup>C, pH berkisar dari 7,76-8,18, Salinitas 19,2 ‰ dan Total Organik Karbon (TOK) 62,5-62,6 mg/L.</p>2025-04-27T05:36:29+00:00Copyright (c) 2025 JURNAL BIOSENSEhttps://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/5101PENGARUH PEMBERIAN BIOSAKA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.)2025-05-01T11:11:29+00:00Ummi Hafizahummi0704202058@uinsu.ac.idIrda Nila Selviairdanilaselvia@gmail.comM. Idrisummi0704202058@uinsu.ac.id<p>Vitamin A, yang ditemukan dalam konsentrasi sangat tinggi pada pakcoy, membantu menjaga kesehatan kornea. Karena penggemarnya yang setia dan risiko kehilangannya yang kecil, vitamin A mungkin sangat bermanfaat bagi pakcoy. Rendahnya kesuburan tanah yang dikarenakan pupuk anorganik yang berlebihan merupakan faktor yang membuat rendahnya produksi pakcoy di Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan biosaka dan pupuk organik diharapkan bisa memperbaiki struktur tanah serta penyerapan hara oleh tanaman. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh perlakuan biosaca dan pupuk organik terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman pakcoy (<em>Brassica rapa</em> L.) serta kombinasi biosaca dan pupuk organik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni dan Agustus 2024 di Jalan Sunda, Desa Bakaran Batu No. 007, Dusun III, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua komponen dan tiga kali ulangan. Dengan tiga taraf pemberian 1 ml/liter air (B1), 2 ml/liter air (B2), dan 3 ml/liter air (B3), biosaca sebagai faktor pertama. Pupuk organik sebanyak 25 ton/ha (P1), 35 ton/ha (P2), dan 45 ton/ha (P3) sebagai komponen kedua. Analisis varians dan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) α = 5% digunakan untuk menguji data yang terkumpul. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah daun tanaman pakcoy (<em>Brassica rapa</em> L.) meningkat secara signifikan ketika biosaca diberikan; perlakuan optimal adalah 2 mililiter per liter air (B2). Jumlah daun pada tanaman pakcoy (<em>Brassica rapa</em> L.) meningkat secara signifikan ketika pupuk organik diberikan; perlakuan optimal adalah 45 ton/ha (P3). Laju pertumbuhan relatif tanaman pakcoy (<em>Brassica rapa</em> L.) dipengaruhi secara signifikan oleh pemberian biosaka dan pupuk organik; perlakuan optimal adalah 2 mililiter per liter air dan 25 ton per hektar (B2P1).</p>2025-04-27T06:00:25+00:00Copyright (c) 2025 JURNAL BIOSENSEhttps://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/5124ANALISIS KERAPATAN VEGETASI HUTAN DI GUNUNG PADANG UNTUK MEMAHAMI EKOSISTEM2025-05-01T11:11:27+00:00Dwi Nurlitadwinurlita534@gmail.comIrma Leilani Eka Putriirma.leilani@fmipa.unp.ac.idMoralita Chatrimoralitachatri@gmail.com<p>Kerapatan adalah jumlah dari individu setiap spesies yang ditemukan dalam petak contoh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tumbuhan serta kerapatan vegetasi yang ada digunung padang, Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan metode observasi langsung dengan menggunakan analisis vegetasi di lapangan yaitu pendekatan transek kuadrat plot bertingkat. Plot bertingkat (<em>Nested Quadrat</em>) ditempatkan secara acak sebanyak 10 plot menyesuaikan dengan kondisi lokasi pengambilan data. Hasil menunjukkan bahwa plot 2 × 2 m didominasi oleh Poaceae, dengan <em>Ehrharta erecta</em> sebagai spesies terbanyak. Plot 5 × 5 m didominasi oleh Acanthaceae dan Arecaceae, dengan <em>Megaskepasma erythrochlamys</em>, <em>Myristica fragrans</em>, dan <em>Piper aduncum</em> memiliki kerapatan tertinggi (0,8000). Sementara itu, plot 10 × 10 m didominasi oleh Malvaceae, dengan <em>Hibiscus tiliaceus</em> sebagai spesies utama. Temuan ini dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan tata guna lahan, dengan area berkerapatan tinggi lebih sesuai untuk pertanian dan area berkerapatan rendah lebih cocok untuk pemukiman atau industri.</p>2025-04-27T06:14:36+00:00Copyright (c) 2025 JURNAL BIOSENSEhttps://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/5132Uji In Silico Peptida Bioaktif dari Protein Miosin Ikan Nila (Oreochromis niloticus) sebagai Antibiofilm Terhadap Staphylococcus aureus 2025-05-01T11:11:25+00:00Angga Prasetyoangga_prasetyo@polije.ac.idRasmiyanarasmiyana@polije.ac.id<p><em>Salah satu produk turunan dari ikan nila yaitu peptida bioaktif dari protein miosin. Peptida bioaktif dapat berperan aktif di bidang kesehatan yaitu sebagai antibiofilm terhadap Staphylococcus aureus, bakteri penyebab infeksi pada manusia. Metode yang digunakan mencakup pemotongan protein menggunakan enzim pepsin dan tripsin, prediksi kelarutan, toksisitas, serta aktivitas antibiofilm menggunakan berbagai web server. Hasil penapisan menunjukkan 10 peptida yang memenuhi kriteria kelarutan yang baik dalam air, non-toksik, dan memiliki aktivitas antibiofilm. Analisis docking molekuler menggunakan AutoDock Vina menunjukkan bahwa 9 peptida memiliki nilai binding affinity (∆G) lebih negatif dibandingkan dengan cefotaxime sebagai ligan referensi, dengan nilai ∆G terendah mencapai -12,0 kcal/mol. Penelitian ini menunjukkan bahwa peptida bioaktif dari protein miosin ikan nila memiliki potensi sebagai antibiofilm terhadap S. aureus, yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam aplikasi teknologi hijau dan formulasi bio-sanitizing. Uji lanjutan secara in vitro perlu dilakukan untuk mengonfirmasi potensi antibiofilm dari peptida yang dihasilkan.</em></p>2025-04-27T09:12:03+00:00Copyright (c) 2025 JURNAL BIOSENSEhttps://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/5136ANALISIS VARIASI GENETIK PADA KERANG Anadara MENGGUNAKAN MARKER RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)2025-05-01T11:11:23+00:00Elsa Manora Siregarelsamanorasiregar76@gmail.comZahratul Idamielsamanorasiregar76@gmail.comSajaratud Dur elsamanorasiregar76@gmail.com<p>Di Indonesia, kerang <em>Anadara</em> dikenal dengan nama umum kerang bulu dan kerang darah. Informasi mengenai variasi genetik spesies ini masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sidik jari DNA kerang <em>Anadara</em> guna mengidentifikasi polimorfisme dan variasi genetik antar individu dan antarpopulasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis keragaman genetik pada populasi kerang <em>Anadara</em> menggunakan aplikasi teknik sidik jadi DNA, jenis primer yang efektif untuk mengidentifikasi pola polimorfisme, dan menentukan kekerabatan yang terbentuk dari teknik sidik jari DNA menggunakan marker <em>Random Amplified Polymorphic DNA</em> (RAPD) menggunakan enam primer yaitu, OPD 20, OPC 02, OPA 2, OPA 13, UBC 101 dan UBC 456. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik RAPD berhasil mengidentifikasi variasi genetik yang signifikan antar individu kerang <em>Anadara</em>. Total 27 pita DNA teramati dengan ukuran berkisar antara 200-3000 pasang basa. Tingkat polimorfisme mencapai 100% dengan rata-rata 5-8 pita polimorfik perprimer. Terdapat satu primer monomorfik dan satu primer tidak ter amplifikasi. Tingkat kemiripan genetik antar individu bervariasi dari 0,68 hingga 1.00, mengindikasikan keragaman genetik yang substantial. Dendogram hasil analisis menunjukkan pengelompokan yang jelas berdasarkan hasil yang di dapatkan dalam PCR-RAPD. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode RAPD efektif dalam mengungkap variasi genetik kerang <em>Anadara</em>. Temuan ini memberikan kontribusi penting dalam memahami struktur genetik spesies.</p>2025-04-27T09:34:09+00:00Copyright (c) 2025 JURNAL BIOSENSEhttps://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/5137ANALISIS POLIMORFIK GENETIK DNA IKAN MAS KOKI GENUS Carrasius MENGGUNAKAN METODE RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)2025-05-01T11:11:21+00:00Nurul Fadhilahnrulfdhilahhhrp76@gmail.comZahratul Idaminrulfdhilahhhrp76@gmail.comSajaratud Durnrulfdhilahhhrp76@gmail.com<p>Ikan mas koki <em>(Carrasius auratus)</em> adalah ikan memiliki ciri khas yang tersendiri. Keunikan dan keragamannya dapat diukur dari warna yang cemerlang, bentuk dan kelengkapan fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui primer yang efektif, polimorfik genetik DNA dan kekerabatan pada <em>Carrasius auratus </em>yang terdapat di pembudidayaan ikan hias, Binjai Utara dengan menggunakan metode RAPD dengar enam primer yaitu OPA 13, UBC 101, UBC 456, OPD 20, OPA 02 dan OPC 02. Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini diantaranya isolasi DNA menggunakan Kit Favorgen, amplifikasi PCR, dan elektroforesis. Hasil penelitian menunjukkan primer yang teramplifikasi dan menghasilkan pita polimorfik adalah primer OPA 13, OPA 02 dan OPD 20. Jumlah pola pita dari hasil amplifikasi primer tersebut sebanyak 32 pita dengan panjang basa yang berkisar antara 100 bp – 1500 bp. Pita yang muncul kemudian diterjemahkan kedalam data biner dan dianalisis dengan program NTSYS versi 2.02. Menunjukkan bahwa kekerabatan terdekat adalah pada ikan mas koki jenis Ryukin dan Oranda dengan memiliki koefisien 0,74 atau sebesar 74%, sedangkan kekerabatan jauh pada Ikan Mas Koki Rachu dan Teleskop dengan koefisien sebesar 0,75 atau sebesar 75%. Dari data hasil panjang pita 900 bp, 600 bp, 400 bp, 300 bp 200 bp dan 100 bp dari komponen pertama memiliki peran penting dalam pengelompokkan <em>Carrasius auratus</em> dalam dendogram.</p>2025-04-27T10:23:05+00:00Copyright (c) 2025 JURNAL BIOSENSEhttps://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/5179EKSPLORASI TUMBUHAN PAKU PADA BEBERAPA HABITAT DI KABUPATEN MANOKWARI, PROVINSI PAPUA BARAT2025-05-01T11:11:19+00:00Slamet Arif Susantos.susanto@unipa.ac.idPaskalina Theresia Lefaanp.lefaan@unipa.ac.idSimon Sutarnosimonsutarno@gmail.comMar'ah Miftantimiftanti0603@gmail.com<p>Exploration studies of ferns in Papua Indonesia are still limited, while habitat pressure is increasing due to massive development. The purpose of this study was to quickly explore potential habitats of ferns in several areas in Manokwari Regency, West Papua Province. Direct observation methods and fern collections were carried out without observation plots. The ferns collected were unique and rare ferns. Samples from the collection were then carefully observed and made into sketches to facilitate the description process. Taking research location points and measuring environmental parameters were also carried out in areas where ferns were found. The results of the study showed that there was a diversity of habitat types, environmental conditions and how ferns grew. 10 types of ferns were found from four observation locations. The ten ferns were <em>Psilotum nudum, Psilotum complanatum, Microsorum diversifolium, Nephrolepis biserrata, Blechnum orientale, Lycopodium cernuum, Lycopodium phlegmaria, Selaginella wildenowii, Stenochlaena palustris</em>, and <em>Lygodium microphyllum</em>. Rare species tend to be less abundant, while cosmopolitan and potentially invasive species are very abundant. Literature studies show that more than 80% of the fern species that have been successfully inventoried have the potential to be medicinal plants. Based on the results of this initial study, quantitative ecological studies and bioprospection of ferns in Manokwari, West Papua still need to be carried out as an effort to conserve ferns</p> <p> </p> <p>Keywords: habitat exploration; Psilotum; Lycopodium; fern bioprospecting</p>2025-04-27T10:53:19+00:00Copyright (c) 2025 JURNAL BIOSENSEhttps://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/5188KARAKTERISASI BIOKIMIA DAN RESPONS FAKTOR ABIOTIK PADA Bacillus flexus2025-05-01T11:11:17+00:00Rasmiyana RasmiyanaRasmiyana@polije.ac.idAngga Prasetyoangga_prasetyo@polije.ac.id<p><em>Bacillus flexus merupakan bakteri Gram-positif dengan potensi besar dalam bioteknologi dan bioremediasi karena kemampuan enzimatik dan adaptasinya terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi sifat biokimia B. flexus dan responsnya terhadap faktor abiotik (suhu, pH, tekanan osmotik) guna mengoptimalkan aplikasinya. Uji biokimia menunjukkan kemampuan hidrolisis pati (produksi amilase), fermentasi glukosa, laktosa, dan manitol (heterofermentatif), serta produksi katalase. Uji abiotik mengungkap pertumbuhan optimal pada suhu mesofilik (24–26°C), pH basa (5–9), dan toleransi osmotik tinggi (sukrosa 40%, NaCl 30%). Hasil ini menegaskan potensi B. flexus sebagai penghasil enzim industri (amilase, katalase) dan agen bioremediasi di lingkungan salin/alkali. Saran untuk penelitian selanjutnya meliputi pengukuran kuantitatif aktivitas enzim dan uji aplikasi skala besar.</em></p>2025-04-27T11:15:34+00:00Copyright (c) 2025 JURNAL BIOSENSEhttps://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/5197Literature Review : Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Pisang dan Strategi Pengendaliannya2025-05-01T11:11:14+00:00Dian Fatma Azizahdianfatmaazizah09@gmail.comLinda Advinda dianfatmaazizah09@gmail.com<p>Penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang, yang disebabkan oleh <em>Fusarium oxysporum</em> f.sp. cubense (Foc), merupakan ancaman serius bagi produksi pisang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini mengakibatkan gejala layu daun, penguningan, dan kematian tanaman, dengan kerugian ekonomi yang signifikan, mencapai 50% hingga 100% pada varietas yang rentan. Artikel ini disusun melalui kajian literatur yang mencakup pencarian melalui basis data ilmiah seperti PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar dengan menggunakan kata kunci terkait. Hasil kajian menunjukkan bahwa penyakit ini sulit dikendalikan karena daya tahan jamur di dalam tanah dan kemampuan infeksinya terhadap tanaman inang yang tidak menunjukkan gejala. Berbagai strategi pengendalian telah diterapkan, antara lain pengendalian agroteknis, kimia, dan biologis. Pengendalian agroteknis meliputi rotasi tanaman dan pemilihan varietas tahan, sedangkan pengendalian kimia menggunakan fungisida yang memiliki efektivitas terbatas. Pendekatan biologis, seperti penggunaan mikroorganisme antagonis, menunjukkan potensi yang menjanjikan dalam mengurangi dampak penyakit ini. Penelitian terbaru menunjukkan potensi penggunaan bioteknologi, seperti teknik CRISPR, dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang karakteristik penyakit dan metode pengendalian yang efektif, diharapkan dapat mengurangi dampak penyakit layu Fusarium terhadap produksi pisang.</p>2025-04-27T11:35:33+00:00Copyright (c) 2025 JURNAL BIOSENSEhttps://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/5030ASOSIASI BIVALVIA PADA VEGETASI MANGROVE DI MANGROVE CENTER BENGKAK (MCB) KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI2025-05-01T11:11:12+00:00Ahmad Nur Faizinurfaizy1602@gmail.comFuad Ardiyansyahnurfaizy1602@gmail.comHasyim As'arinurfaizy1602@gmail.com<p>Bivalvia merupakan kelas dari filum Moluska, yang umumnya terdiri dari kelompok kerang-kerangan. Bivalvia memiliki habitat alami dengan karakteristik tanah berlumpur. Secara ekologi bivalvia dapat digunakan sebagai bioindikator perairan dan organisme <em>filter feeding</em>, secara ekonomi bivalvia dapat digunakan sebagai salah satu sumber protein, bahan pakan ternak, bahan industri, perhiasan, bahan pupuk, dan bahan obat-obatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepadatan populasi serta asosiasi bivalvia pada vegetasi Mangrove Center Bengkak (MCB), Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan menggunakan analisis data indeks keanekaragaman, indeks kepadatan, indeks dominansi, indeks kemerataan dan korelasi. Hasil dari analisis indeks keanekaragaman 1,60 dengan jumlah tersebut kategori keanekaragaman tergolong rendah, indeks kepadatan yang ditemukan sebesar 0,28 yang termasuk kategori kepadatan rendah, indeks dominansi didapatkan sebesar 0,23 masuk ketegori dominansi rendah, indeks kemerataan sebesar 2,87 dapat dikategorikan dalam kemerataan tinggi. Penelitian ini juga mengukur faktor abiotik yang termasuk pH air, suhu air, salinitas air, oksigen terlarut, kecerahan air dan kecepatan arus.</p>2025-04-28T09:41:30+00:00Copyright (c) 2025 JURNAL BIOSENSE