@article{Khotimah_Nurchayati_Ridho_2019, title={STUDI ETNOBOTANI TANAMAN BERKHASIAT OBAT BERBASIS PENGETAHUAN LOKAL MASYARAKAT SUKU OSING DI KECAMATAN LICIN BANYUWANGI}, volume={1}, url={https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/view/283}, abstractNote={<p>Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional telah dikenal sejak lama oleh masyarakat Suku Osing pada umumnya dan masyarakat Kabupaten Banyuwangi khususnya. Proses ini sudah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Akan tetapi, saat ini ada kecenderungan tradisi ini mulai ditinggalkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menggali kembali pengetahuan tentang spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat Suku Osing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan dan mengetahui pemanfaatan tumbuhan obat yang ada dimasyarakat Suku Osing Kecamatan Licin Banyuwangi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2017 di 3 desa yaitu Desa Tamansari, Desa Licin, dan Desa Segobang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan teknik survei, wawancara semi terstruktur dan kuisioner. Sampel berjumlah 70 responden meliputi masyarakat yang dianggap memahami tentang tumbuhan obat. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui terdapat 43 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat. Tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat Suku Osing didominasi oleh spesies tumbuhan dari famili <em>Zingiberaceae</em>, diantaranya&nbsp; kunyit (<em>Curcuma longa </em>Linn) sebesar 55% dan sirih&nbsp; (<em>Piper bettle </em>Rosc) dari famili <em>Piperaceae</em>. Masyarakat Suku Osing memperoleh tanaman obat dengan cara: liar sebesar 32%, budidaya sebesar 39%, dan membeli 29%. Bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan untuk obat adalah daun sebesar 30%, rimpang sebesar 27%, bunga sebesar 13%, buah sebesar 8%, batang sebesar 9%, akar sebesar 6%, dan getah sebesar 7%. Jenis penyakit yang paling banyak diobati menggunakan obat adalah penykit tidak menular sebesar 47%, penyakit menular sebesar 30%, dan penyakit kronik sebesar 23%. Cara pengolahan tumbuhan obat diminun tanpa direbus sebesar 34%, diminum setelah direbus 45%, dan dioleskan sebesar 21%.</p> <p><em>Kata kunci<strong>: </strong>Etnobotani, Tanaman obat, dan Suku Osing Banyuwangi</em></p&gt;}, number={01}, journal={JURNAL BIOSENSE}, author={Khotimah, Kusnul and NurchayatiN. and Ridho, Rosyid}, year={2019}, month={Jan.}, pages={36-50} }